Feeds:
Posts
Comments

Pertambangan batu bara di Indonesia bukan hanya menghasilkan emisi karbon di udara tetapi juga secara drastic mengubah ekosistem hutan alam yang kaya jenis menjadi lahan kritis. Perusahaan-perusahaan hutan diwajibkan pemerintah untuk merahbilitasi lahan pasca tambang. Kebanyak perusahaan tambang menggunakan jenis-jenis cepat tumbuh, sehingga menhasilkan hutan yang terdiri dari satu atau beberapa jenis. Namun, jika dibiarkan tidak terganggu, suksesi alami akan mengembalikan vegetasi ke kondisi hutan alaminya. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis tumbuhan penyusun hutan di lahan pasca tambang berusia 14 tahun yang ditanami Acacia mangium. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah 14 tahun, ditemukan 3 jenis tumbuhan tingkat pohon, 13 jenis perdu dan sapihan pohon (saplings), dan 16 jenis herba dan anakan pohon (seedlings). Jenis dengan INP tertinggi adalah A. mangium untuk pohon, Leea aequata untuk perdu dan sapihan, dan Wedelia trilobata untuk herba dan anakan. Tidak ditemukan sapihan dan anakan pohon A. mangium di lokasi, yang menunjukkan bahwa A. mangium gagal beregenerasi. Indeks kesamaan komunitas Sorensen antara hutan 14 tahun ini dengan hutan alam di dekatnya 6.4%, tetapi indeks antara hutan 14 tahun dengan hutan sekunder adalah 38.7%. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun lahan ditanami dengan satu jenis, Acacia mangium, suksesi alami akan meningkatkan keragaman jenis tumbuhan, dan di masa depan A. mangium akan tergantikan oleh jenis-jenis asli, yang saat penelitian ini dilakukan sedang dalam tahap sapihan dan anakan.

Artikel lengkap dapat diunduh di tauatan di bawah ini.

THE RECOYERY OF PLANT SPECTES DIVERSITY IN 14 YEAR-OLD FOREST IN REHABILITATED MINED LAND IN CENTRAL BENGKULU

Click to access Wiryono%20and%20Douny%20Recovery%20of%20species%20diversity%20in%2014%20year%20old%20forest%20in%20mined%20land.pdf

Tautan yang berkait dengan judul di atas:
Species composition of understory vegetation in coal mined land in Central Bengkulu, Indonesia
https://smujo.id/biodiv/article/view/149

The survival and one-year growth of Shorea javanica, Shorea macrobalanops, and Hopea mangarawan in coal mined land in Central Bengkulu

Click to access D170249.pdf

Dulu pohon-pohon Dipterokarpa mendominasi hutan dataran rendah Sumatera dan Kalimantan. Namun sekarang ini jenis-jenis Dipterocarpaceae menjadi langka karena deforestasi hutan alam. Salah satu penyebab utama deforestasi di Sumatera dan Kalimantan adalah pertambangan batubara. Rehabilitasi lahan bekas tambang batubara biasanya menggunakan jenis-jenis asing cepat tumbuh. Kami mencoba merehabilitasi lahan bekas tambang batubara di Bengkulu dengan menggunakan jenis-jenis yang bernilai ekonomi tinggi dari family Dipterocarpaceae, yaitu Shorea javanica Koord. & Valet., Shorea macrobalanos Ashton and Hopea mengarawan Miq. Dalam artikel ini kami sampaikan kemampuan bertahan hidup (survival rate) dan [ertumbua satu tahun anakan ketiga jenis tersebut. Dari ketiga jenis tersebut, S. macrobalanos memiliki daya tahan hidup tertinggi (93%), diikuti oleh S. javanica (80%) dan H. mengarawan (77%). Dalam satu tahun, anakan S. macrobalanos tumbuh tinggi 452% secara signifikans lebih tinggi daripada S. javanica (221%) dan H. mengarawan (119%). Shorea macrobalanos juga memiliki pertumbuhan diameter tertinggi dalam satu tahun, yaitu 337%, diikuti oleh S. javanica (145%) dan H. mengarawan (135%). Dapat disimpulkan bahwa dalam satu tahun observasi, ketiga jenis dipterokarpa dapat tumbuh rlatif bagus di lahan bekas tambang batu bara. Oleh karena itu kami merekomendasikan agar jenis-jenis dipterokarpa yang asli Sumatera dan bernilai ekonomi tinggi digunakan untuk merehabilitasi lahan bekas tambang, menggantikan jenis-jenis asing cepat tumbuh yang selama ini digunakan.

Artikel lengkap dapat diunduh dari jurnal Biodiversitas: http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D1702/D170249.pdf

Artikel terkait:

THE RECOYERY OF PLANT SPECTES DIVERSITY IN 14 YEAR-OLD FOREST IN REHABILITATED MINED LAND IN CENTRAL BENGKULU

Click to access Wiryono%20and%20Douny%20Recovery%20of%20species%20diversity%20in%2014%20year%20old%20forest%20in%20mined%20land.pdf

Species composition of understory vegetation in coal mined land in Central Bengkulu, Indonesia
https://smujo.id/biodiv/article/view/149

Pengetahuan tentang tumbuhan local sangat penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat local, namun dalam beberapa tahun belakangan ada kecenderungan hilangnya pengetahuan tentang tumbuhan local di kalangan generasi muda. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mendokumentasikan keragaman jenis tumbuhan yang didigunakan oleh masyarakat suku Semende di Bengkulu, 2) untuk mengetahui korelasi antara pengetahuan tentang tumbuhan local dan usia, dan 3) untuk menguji apakah pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh jender. Data diperoleh dari observasi lapangan dan wawancara dengan informan kunci dan responden. Data dianalisis dengan analisis regresi dan uji-t. Hasinya menunjukkan bahwa masyakarat suku Semende memanfaatkan 106 jenis tumbuhan untuk 14 macam kegunaan. Pengtahuan tentang jenis tumbuhan dan manfaatnya berkorelasi positif dengan umur, yang menunjukkan adanya kehilangan pengetahuan botani di antara generasi muda. Laki-laki mengetahui lebih banyak tumbuhan lokal daripada perempuan. Diduga interaksi dengan tumbuhan merupakan faktor penentu pengetahuan tentang tumbuhan lokal. Generasi muda lebih sedikit menghabiskan waktunya di kebun daripada generasi tua, dan perempuan lebih sedikit menghabiskan waktu di kebun daripada laki-laki. Kami sarankan, perlu ada usaha serius untuk mempertahankan pengetahuan botani di kalangan generasi muda.

Artikel lengkap dapat diunduh di jurnal Biodiversitas vol 20 no 3 tahun 2019, halaman 754-761, dengan mengeklik tautan dibawah ini:

Click to access D200320.pdf

Pertambangan batu bara merupakan salah satu penyebab kerusakan ekosistem hutan. Pertambangan batu bara di Indonesia yang sebagian besar dilakukan secara terbuka mengubah bentang alam secara drastis. Vegetasi di permukaan tanah ditebang habis. Bersamaan dengan hilangnya vegetasi,
hilang pula berbagai satwa yang sebelumnya tinggal di hutan.
Setelah hilangnya vegetasi, kerusakan tanah secara masif adalah dampak berikutnya dari pertambangan terbuka. Sifat fisik, kimia dan biologi tanah berubah drastis dengan adanya penambangan. Salah satu masalah dengan
tanah adalah adanya air asam tambang.
Ekosistem hutan pasca pertambangan batubara perlu dipulihkan kembali atau direstorasi agar tetap mampu menjalankan fungsinya sebagai habitat satwa dan tumbuhan, penyedia air bersih, penyedia udara bersih, penyedia hasil-hasil hutan kayu maupun non kayu dan lain-lain.

Klik link di bawah ini untuk mengunduh buku Restorasi ekosistem hutan pasca penambangan batubara. Buku kecil ini menjelaskan secara ringkas konsep ekosistem dan dampak yang terjadi pada ekosistem akibat pertambangan, kemudian proses pemulihan ekosistem tersebut pasca penambangan.

https://drive.google.com/file/d/1pNJGm2YbOnFs2fHLq7laQYT1Gz7OJLpL/view